Sejarah Pesantren Dan Pendidikan


Pondok pesantren yang merupakan sarana pendidikan agama Islam dinilai turut mengambil bab penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Pesantren, yang hanya dimiliki Indonesia itu, berperan membangun sensitifitas kebangsaan pada masa penjajahan.
"Pesantren ini menjadi tonggak. Sejarahnya, Belanda cukup direpotkan dengan pesantren," ujar Sekretaris Lembaga Pendidikan Maarif Nahdlatul Ulama Mamat. S Burhanuddin dalam diskusi Rekfleksi Akhir Tahun Islamic College, Jakarta, Jumat (24/12/2010).

Mamat mengatakan, pondok pesantren membangun sensitifitas kebangsaan yang menciptakan pribumi merasa berbeda dari kompeni. Salah satu caranya dengan mengeluarkan pedoman yang melarang santri-nya mengenakan pakaian ala Belanda.

"Haram pakai baju orang belanda, kemeja, dasi, yang ibarat suatu kaum itu bab dari kaum itu. Tapi sayangnya pedoman itu tidak segera dianulir. Sampai kini masih ada yang selalu pakai sarung," tuturnya.

Hanya saja, kata Mamat, dikala ini pesantren tidak lagi dipandang demikian baik. Berdasarkan hasil penelitian di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, lanjutnya, pesantren atau forum pendidikan Islam lainnya mirip madrasah, didiskreditkan sebagai sarang teroris. Media-media luar pun menyamakan pesantren di Indonesia dengan sentra pendidikan Islam di Timur Tengah.

"Padahal sangat jauh berbeda," pungkasnya.

Selain itu, pengajar di UIN Syarif Hidayatullah ini melanjutkan, Nahdlatul Ulama (NU) sangat prihatin dengan indikasi keberadaan kelompok-kelompok yang berusahan mencari identitas bangsa lain yang kabur dari identitas bangsa. Padahal, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan suatu hal yang final.

"Tinggal bangsa Indonesia perlu mengisi identitas kebangsaannya ini, yang selama ini seringkali dicoba, digoyang, dikeroposi," katanya.

Identitas kebangsaan Indonesia, lanjut Mamat, seringkali digerogoti oleh indentitas lain mirip primodialisme keagamaan atau kedaerahan. Hal tersebut, lanjut Mamat, cukup berbahaya bagi bangsa. Oleh karenanya, tugas para ulama diperlukan dalam mengisi identitas kebangsaan Indonesia.

sumber: kompas.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada..!!! 8 Gunung Berapi Lain Siap Menyusul Merapi

Sejarah Politik Bangsa Indonesia Penuh Darah Dan Korban Nyawa.

Model Pembelajaran Paikem Talking Stick