Cultuur Stelsel (Tanam Paksa) Bukti Bangsa Indonesia Dijajah Oleh Bangsanya Sendiri

Perdebatan ihwal berapa usang Belanda menjajah Indonesia yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan kaum sejarawan Indonesia tampaknya tidak usah diperpanjang lagi, alasannya yakni ternyata bangsa Indonesia selama ini bukanlah dijajah Belanda melainkan dijajah oleh bangsanya sendiri.


Anggapan tersebut di atas diperkuat aneka macam fakta terutama ihwal system pelaksanaan Cultuur Stelsel (Tanam Paksa) pada periode 1830-1870. Dalam praktek penerapan system Cultuur Stelsel sangat terang terlihat bagaimana ulah para Priyayi atau Penguasa Lokal terutama yang berkedudukan di Jawa dengan tega dan tanpa belas kasihan sedikitpun memeras habis rakyatnya.

Peraturan yang diterapkan dalam System Cultuur Stelsel menurut isyarat gubernur jendral Hindia Belanda Van den Bosch sangatlah menguntungkan bagi rakyat jelata, yaitu:
  1. Petani diwajibkan menanam flora wajib yang di anjurkan Belanda(tebu, kopi) di lahan yang kurang 
  2. produktif dengan luas 20% dari total lahan yang dimiliki petani.
  3. Semua kebutuhan aktivitas Cultur Stelsel (benih, pupuk dll) berasal dari pemerintah hindia belanda
  4. Bila petani gagal panen, maka pemerintah hindia belanda akan mengganti biaya produksi petani.
  5. Harga hasil pertanian ditentukan oleh pemerintah hindia belanda dengan standar harga pasaran eropa. 
Regulasi yang tertata rapi dan menguntungkan tersebut ternyata berbalik 180®. Karena dengan adanya komitmen dari pemerintah hindia-belanda yang akan memperlihatkan bonus kepada para priyayi atau elit penguasa lokal kalau berhasil menenerapkan system Cultuur Stelsel ini, maka para Priyayi tersebut merubah 4 Point Regulasi di atas sesuai dengan keinginannya sendiri. Misalnya dari 20% lahan menjadi 50% bahkan seluruh lahan yang dipunyai petani dipakai untuk Cultuur stelsel, kalau petani gagal panen harus bayar ganti rugi kepada para priyayi, harga jual flora wajib dibeli para priyayi dengan harga serendah mungkin dll.

Dari sinilah kita menerima suatu pelajaran baru, bahwa para Pemimpin kita terdahulu rela mengorbankan rakyatnya demi kepuasan pribadi. oleh alasannya yakni itu tidak heran kalau kini banyak pemimpin kita baik ditingkat kawasan sampai sentra yang masih berjiwa pengecut macam itu, alasannya yakni mungkin mereka berguru banyak dari kekejaman dan kelicikan para Priyayi tersebut di atas.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Waspada..!!! 8 Gunung Berapi Lain Siap Menyusul Merapi

Sejarah Politik Bangsa Indonesia Penuh Darah Dan Korban Nyawa.

Model Pembelajaran Paikem Talking Stick